Dunia Malam : TUBUH MULUS MBAK LALA | Bandar66 | Sakong | Slot | SBOBET | Bekerja sebagai auditor di perusahaan swasta memang sangat
melelahkan. Tenaga, pikiran, semuanya terkuras. Apalagi kalau ada
masalah keuangan yang rumit dan harus segera diselesaikan. Mau tidak
mau, aku harus mencurahkan perhatian ekstra. Akibat dari tekanan
pekerjaan yang demikian itu membuatku akrab dengan gemerlapnya dunia
malam terutama jika weekend.
Biasanya bareng teman sekantor
aku berkaraoke untuk melepaskan beban. Kadang di ‘Manhattan’, kadang di
‘White House’, dan selanjutnya, benar-benar malam untuk menumpahkan
“beban”. Maklum, aku sudah berkeluarga dan punya seorang anak, tetapi
mereka kutinggalkan di kampung karena istriku punya usaha dagang di
sana.
Tapi lama kelamaan semua itu membuatku bosan. Ya…di
Jakarta ini, walaupun aku merantau, ternyata aku punya banyak saudara
dan karena kesibukan (alasan klise) aku tidak sempat berkomunikasi
dengan mereka. Akhirnya kuputuskan untuk menelepon Mas Adit, sepupuku.
Dunia Malam : TUBUH MULUS MBAK LALA | Bandar66 | Sakong | Slot | SBOBET | Kami pun bercanda ria, karena lama sekali kami tidak kontak. Mas Adit bekerja di salah satu perusahaan minyak asing, dan saat itu dia kasih tau kalau minggu depan ditugaskan perusahaannya ke tengah laut, mengantar logistik sekaligus membantu perbaikan salah satu peralatan rig yang rusak.
Dan dia memintaku untuk menemani keluarganya kalau aku
tidak keberatan. Sebenernya aku males banget, karena rumah Mas Adit
cukup jauh dari tempat kostku Aku di bilangan Ciledug, sedangkan Mas
Adit di Bekasi. Tapi entah mengapa aku mengiyakan saja permintaannya,
karena kupikir-pikir sekalian silaturahmi. Maklum, lama sekali tidak
jumpa.
Hari Jumat minggu berikutnya aku ditelepon Mas Adit
untuk memastikan bahwa aku jadi menginap di rumahnya. Sebab kata Mas
Adit istrinya, mbak Lala, senang kalau aku mau datang. Hitung-hitung
buat teman ngobrol dan teman main anak-anaknya.
Mereka berdua sudah
punya anak laki-laki dua orang. Yang sulung kelas 4 SD, dan yang bungsu
kelas 1 SD. Usia Mas Adit 40 tahun dan mbak Lala 38 tahun. Aku sendiri
30 tahun. Jadi tidak beda jauh amat dengan mereka. Apalagi kata Mbak
Lala, aku sudah lama sekali tidak berkunjung ke rumahnya.
Terutama
semenjak aku bekerja di Jakarta ini Ya, tiga tahun lebih aku tidak
berjumpa mereka. Paling-paling cuma lewat telepon
Dunia Malam : TUBUH MULUS MBAK LALA | Bandar66 | Sakong | Slot | SBOBET | Setelah
makan siang, aku telepon mbak Lala, janjian pulang bareng Kami janjian
di stasiun, karena mbak Lala biasa pulang naik kereta. “kalau naik bis
macet banget. Lagian sampe rumahnya terlalu malem”, begitu alasan mbak
Lala. Dan jam 17.00 aku bertemu mbak Lala di stasiun. Tak lama, kereta
yang ditunggu pun datang.
Cukup penuh, tapi aku dan mbak masih bisa
berdiri dengan nyaman. Kamipun asyik bercerita, seolah tidak
mempedulikan kiri kanan.
Tapi hal itu ternyata tidak
berlangsung lama Lepas stasiun J, kereta benar-benar penuh. Mau tidak
mau posisiku bergeser dan berhadapan dengan Mbak Lala. Inilah yang
kutakutkan…! Beberapa kali, karena goyangan kereta, dada montok mbak
Lala menyentuh dadaku. Ahh…darahku rasanya berdesir, dan mukaku berubah
agak pias.
Dunia Malam : TUBUH MULUS MBAK LALA | Bandar66 | Sakong | Slot | SBOBET | Rupanya mbak Lala melihat perubahanku dan ?ini konyolnya- dia
mengubah posisi dengan membelakangiku. Alamaakk.. siksaanku
bertambah..! Karena sempitnya ruangan, si “itong”-ku menyentuh pantatnya
yang bulat manggairahkan. Aku hanya bisa berdoa semoga “itong” tidak
bangun. Kamipun tetap mengobrol dan bercerita untuk membunuh waktu.
Tapi, namanya laki-laki normal apalgi ditambah gesekan-gesekan yang
ritmis, mau tidak mau bangun juga “itong”-ku. Makin lama makin keras,
dan aku yakin mbak Lala bisa merasakannya di balik rok mininya itu.
Pikiran
ngeresku pun muncul, seandainya aku bisa meremas dada dan pinggulnya
yang montok itu.. oh… betapa nikmatnya. Akhirnya sampai juga kami di
Bekasi, dan aku bersyukur karena siksaanku berakhir.
Kami kemudian naik
angkot, dan sepanjang jalan Mbak Lala diam saja. Sampai dirumah, kami
beristirahat, mandi (sendiri-sendiri, loh..) dan kemudian makan malam
bersama keponakanku. Selesai makan malam, kami bersantai, dan tak lama
kedua keponakanku pun pamit tidur.
“Ndrew, mbak mau bicara sebentar”, katanya, tegas sekali.
“Iya mbak.. kenapa”, sahutku bertanya. Aku berdebar, karena yakin bahwa
mbak akan memarahiku akibat ketidaksengajaanku di kereta tadi.
“Terus terang aja ya. Mbak tau kok perubahan kamu di kereta. Kamu
ngaceng kan?” katanya, dengan nada tertahan seperti menahan rasa
jengkel.
“Mbak tidak suka kalau ada laki-laki yang begitu ke perempuan. Itu namanya pelecehan. Tau kamu?!”
“MMm.. maaf, mbak..”, ujarku terbata-bata.
“Saya tidak sengaja. Soalnya kondisi kereta kan penuh banget. Lagian, nempelnya terlalu lama.. ya.. aku tidak tahan”
“Terserah apa kata kamu, yang jelas jangan sampai terulang lagi. Banyak
cara untuk mengalihkan pikiran ngeres kamu itu. Paham?!” bentak Mbak
Lisa.
“Iya, Mbak. Saya paham. Saya janji tidak ngulangin lagi”
“Ya sudah. Sana, kalau kamu mau main PS. Mbak mau tidur-tiduran dulu.
kalau pengen nonton filem masuk aja kamar Mbak.” Sahutnya. Rupanya,
tensinya sudah mulai menurun.
Dunia Malam : TUBUH MULUS MBAK LALA | Bandar66 | Sakong | Slot | SBOBET | Akhirnya aku main PS di ruang
tengah. Karena bosan, aku ketok pintu kamarnya. Pengen nonton film.
Rupanya Mbak Lala sedang baca novel sambil tiduran. Dia memakai daster
panjang. Aku sempat mencuri pandang ke seluruh tubuhnya. Kuakui, walapun
punya anak dua, tubuh Mbak Lala betul-betul terpelihara. Maklumlah,
modalnya ada. Akupun segera menyetel VCD dan berbaring di karpet,
sementara Mbak Lala asyik dengan novelnya.
Entah karena lelah
atau sejuknya ruangan, atau karena apa akupun tertidur. Kurang lebih 2
jam, dan aku terbangun. Film telah selesai, Mbak Lala juga sudah tidur.
Terdengar dengkuran halusnya. Wah, pasti dia capek banget, pikirku.
Saat
aku beranjak dari tiduranku, hendak pindah kamar, aku terkesiap. Posisi
tidur Mbak Lala yang agak telungkup ke kiri dengan kaki kana terangkat
keatas benar-benar membuat jantungku berdebar. Bagaimana tidak? Di
depanku terpampang paha mulus, karena dasternya sedikti tersingkap. Mbak
Lala berkulti putih kemerahan, dan warna itu makin membuatku tak
karuan. Hatiku tambah berdebar, nafasku mulai memburu.. birahiku pun
timbul..
Perlahan, kubelai paha itu.. lembut.. kusingkap
daster itu samapi pangkal pahanya.. dan.. AHH… “itong”-ku mengeras
seketika. Mbak Lala ternyata memakai CD mini warna merah.. OHH GOD.. apa
yang harus kulakukan… Aku hanya menelan ludah melihat pantatnya yang
tampak menggunung, dan CD itu nyaris seperti G-String. Aku bener-bener
terangsang melihat pemandangan indah itu, tapi aku sendiri merasa tidak
enak hati, karena Mbak Lala istri sepupuku sendiri, yang mana sebetulnya
harus aku temani dan aku lindungi dikala suaminya sedang tidak dirumah.
Namun
godaan syahwat memang mengalahkan segalanya. Tak tahan, kusingkap
pelan-pelan celana dalamnya, dan tampaklah gundukan memeknya berwarna
kemerahan. Aku bingung.. harus kuapakan.. karena aku masih ada rasa
was-was, takut, kasihan… tapi sekali lagi godaan birahi memang
dahsyat.Akhirnya pelan-pelan kujilati memek itu dengan rasa was-was
takut Mbak Lala bangun. Sllrrpp.. mmffhh… sllrrpp… ternyata memeknya
lezat juga, ditambah pubic hair Mbak Lala yang sedikit, sehingga
hidungku tidak geli bahkan leluasa menikmati aroma memeknya.
Entah
setan apa yang menguasai diriku, tahu-tahu aku sudah mencopot seluruh
celanaku. Setelah “itong”-ku kubasahi dengan ludahku, segera kubenamkan
ke memek Mbak Lala. Agak susah juga, karena posisinya itu. Dan aku
hasrus ekstra hati-hati supaya dia tidak terbangun. Akhirnya
“itongku”-ku berhasil masuk. HH… hangat rasanya.. sempit.. tapi licin…
seperti piston di dalam silinder. Entah licin karena Mbak Lala mulai
horny, atau karena ludah bekas jilatanku.. entahlah. Yang pasti,
kugenjot dia.. naik turun pelan lembut.. tapi ternyata nggak sampai lima
menit. Aku begitu terpukau dengan keindahan pinggul dan pantatnya,
kehalusan kulitnya, sehingga pertahananku jebol. Crroott… ccrroott..
sseerr.. ssrreett.. kumuntahkan maniku di dalam memek Mbak Lala. Aku
merasakan pantatnya sedikit tersentak. Setelah habis maniku, pelan-pelan
dengan dag-dig-dug kucabut penisku.
“Mmmhh… kok dicabut tititnya..” suara Mbak Lala parau karena masih ngantuk.
“Gantian dong..aku juga pengen..”
Aku kaget bukan main. Jantungku tambah keras berdegup.
“Wah.. celaka..”, pikirku.
“Ketahuan, nich…” Benar saja! Mbak Lala mambalikkan badannya. Seketika
dia begitu terkejut dan secara refleks menampar pipiku. Rupanya dia baru
sadar bahwa yang habis menyetubuhinya bukan Mas Adit, melainkan aku,
sepupunya.
“Kurang ajar kamu, Ndrew”, makinya.
“KELUAR KAMU…!”
Aku
segera keluar dan masuk kamar tidur tamu. Di dalam kamar aku
bener-bener gelisah.. takut.. malu.. apalagi kalau Mbak Lala sampai
lapor polisi dengan tuduhan pemerkosaan. Wah.. terbayang jelas di
benakku acara Buser… malunya aku.
Aku mencoba menenangkan diri
dengan membaca majalah, buku, apa saja yang bisa membuatku mengantuk.
Dan entah berapa lama aku membaca, aku pun akhirnya terlelap. Seolah
mimpi, aku merasa “itong”-ku seperti lagi keenakan. Serasa ada yang
membelai. Nafas hangat dan lembut menerpa selangkanganku. Perlahan
kubuka mata.. dan..
“Mbak Lala..jangan”, pintaku sambil aku menarik tubuhku.
“Ndrew..” sahut Mbak Lala, setengah terkejut.
“Maaf ya, kalau tadi aku marah-marah. Aku bener-bener kaget liat kamu tidak pake celana, ngaceng lagi.”
“Terus, Mbak maunya apa?” taku bertanya kepadaku. Aneh sekali, tadi dia marah-marah, sekarang kok.. jadi begini..
“Terus terang, Ndrew.. habis marah-marah tadi, Mbak bersihin memek dari
sperma kamu dan disiram air dingin supaya Mbak tidak ikutan horny.
Tapi… Mbak kebayang-bayang titit kamu. Soalnya Mbak belum pernah ngeliat
kayak punya kamu. Imut, tapi di meki Mbak kerasa tuh.” Sahutnya sambil
tersenyum.
Dan tanpa menunggu jawabanku, dikulumnya penisku
seketika sehingga aku tersentak dibuatnya. Mbak Lala begitu rakus
melumat penisku yang ukurannya biasa-biasa saja. Bahkan aku merasakan
penisku mentok sampai ke kerongkongannya. Secara refleks, Mbak naik ke
bed, menyingkapkan dasternya di mukaku. Posisii kami saat ini 69. Dan,
Ya Tuhan, Mbak Lala sudah melepas CD nya. Aku melihat memeknya makin
membengkak merah. Labia mayoranya agak menggelambir, seolah menantangku
untuk dijilat dan dihisap. Tak kusia-siakan, segera kuserbu dengan
bibirku..
“SSshh.. ahh.. Ndrew.. iya.. gitu.. he-eh..
Mmmffhh.. sshh.. aahh” Mbak Lala merintih menahan nikmat. Akupun
menikmati memeknya yang ternyata bener-bener becek. Aku suka sekali
dengan cairannya.
“Itilnya.. dong… Ndrew.. mm.. IYAA… AAHH… KENA AKU… AMPUUNN NDREEWW..”
Mbak Lala makin keras merintih dan melenguh. Goyangan pinggulnya makin liar dan tak beraturan. Memeknya makin memerah dan makin becek. Sesekali jariku kumasukkan ke dalamnya sambil terus menghisap clitorisnya. Tapi rupanya kelihaian lidah dan jariku masih kalah dengan kelihaian lidah Mbak Lala. Buktinya aku merasa ada yang mendesak penisku, seolah mau menyembur.
Mbak Lala makin keras merintih dan melenguh. Goyangan pinggulnya makin liar dan tak beraturan. Memeknya makin memerah dan makin becek. Sesekali jariku kumasukkan ke dalamnya sambil terus menghisap clitorisnya. Tapi rupanya kelihaian lidah dan jariku masih kalah dengan kelihaian lidah Mbak Lala. Buktinya aku merasa ada yang mendesak penisku, seolah mau menyembur.
“Mbak… mau keluar nih…” kataku.
Tapi Mbak Lala
tidak mempedulikan ucapanku dan makin ganas mengulum batang penisku. Aku
makin tidak tahan dan.. crrootts… srssrreett… ssrett… spermaku muncrat
di muutu Mbak Lala. Dengan rakusnya Mbak Lala mengusapkan spermaku ke
wajahnya dan menelan sisanya.
“Ndrewww.. kamu ngaceng terus ya.. Mbak belum kebagian nih…” pintanya.
Dunia Malam : TUBUH MULUS MBAK LALA | Bandar66 | Sakong | Slot | SBOBET | Aku hanya bisa mmeringis menahan geli, karena Mbak Lala melanjutkan
mengisap penisku. Anehnya, penisku seperti menuruti kemauan Mbak Lala.
Jika tadi langsung lemas, ternyata kali ini penisku dengan mudahnya
bangun lagi. Mungkin karena pengaruh lendir memek Mbak Lala sebab pada
saat yang sama aku sibuk menikmati itil dan cairan memeknya, aku jadi
mudah terangsang lagi.
Tiba-tiba Mbak Lala bangun dan melepaskan dasternya.
“Copot bajumu semua, Ndrew” perintahnya.
Dunia Malam : TUBUH MULUS MBAK LALA | Bandar66 | Sakong | Slot | SBOBET | Aku menuruti perintahnya dan terperangah melihat pemandangan indah di
depanku. Buah dada itu membusung tegak. Kuperkirakan ukurannya 36B.
Puting dan ariolanya bersih, merah kecoklatan, sewarna kulitnya. Puting
itu benar-benar tegak ke atas seolah menantang kelelakianku untuk
mengulumnya. Segera Mbak Lala berlutut di atasku, dan tangannya
membimbing penisku ke lubang memeknya yang panas dan basah. Bless… sshh…
“Aduhh… Ndrew… tititmu keras banget yah…” rintihnya.
“kok bisa kayak kayu sih…?”
Mbak Lala dengan buasnya menaikturunkan pantatnya, sesekali diselingi
gerkan maju mundur. Bunyi gemerecek akibat memeknya yang basah makin
keras. Tak kusia-siakan, kulahap habis kedua putingnya yang menantang,
rakus. Mbak Lala makin keras goyangnya, dan aku merasakan tubuh dan
memeknya makin panas, nafasnya makin memburu. Makin lama gerakan pinggul
Mbak Lala makin cepat, cairan memeknya membanjir, nafasnya memburu dan
sesaat kurasakan tubuhnya mengejang.. bergetar hebat.. nafasnynya
tertahan.
“MMFF… SSHSHH.. AAIIHH… OUUGGHH… NDREEWW… MBAK KELUAARR… AAHHSSHH…”
Mbak Lala menjerit dan mengerang seiring dengan puncak kenikmatan yang
telah diraihnya. Memeknya terasa sangat panas dan gerakan pinggulnya
demikian liar sehingga aku merasakan penisku seperti dipelintir. Dan
akhirnya Mbak Lala roboh di atas dadaku dengan ekspresi wajah penuh
kepuasan. Aku tersenyum penuh kemenangan sebab aku masih mampu bertahan…
Tak
disangka, setelah istirahat sejenak,
Mbak Lala berdiri dan duduk di
pinggir spring bed. Kedua kakinya mengangkang, punggungnya agak ditarik
ke belakang dan kedua tangannya menyangga tubuhnya.
“Ndrew, ayo cepet masukin lagi. Itil Mbak kok rasanya kenceng lagi..” pintanya setengah memaksa.
Apa boleh buat, kuturuti kemauannya itu. Perlahan penisku
kugosok-gosokkan ke bibir memek dan itilnya. Memek Mbak Lala mulai
memerah lagi, itilnya langsung menegang, dan lendirnya tampak mambasahi
dinding memeknya.
“SShh.. mm.. Ndrew.. kamu jail banget siicchh… oohh…” rintihnya.
“Masukin aja, yang… jangan siksa aku, pleeaassee…” rengeknya.
Mendengar
dia merintih dan merengek, aku makin bertafsu. Perlahan kumasukkan
penisku yang memang masih tegak ke memeknya yang ternyata sangat becek
dan terasa panas akibat masih memendam gelora birahi. Kugoyang maju
mundur perlahan, sesekali dengan gerakan mencangkul dan memutar. Mbak
Lala mulai gelisah, nafasnya makin memburu, tubuhnya makin gemetaran.
Tak lupa jari tengahku memainkan dan menggosok clitorisnya yang ternyata
benar-benar sekeras dan sebesar kacang. Iseng-iseng kucabut penisku
dari liang surganya, dan tampaklah lubang itu menganga kemerahan.. basah
sekali..
Gerakan jariku di itilnya makin kupercepat, Mbak
Lala makin tidak karuan gerakannya. Kakinya mulai kejang dan gemetaran,
demikian pula sekujur tubuhnya mulai bergetar dan mengejang bergantian.
Lubang memek itu makin becek, terlihat lendirnya meleleh dengan
derasnya, dan segera saja kusambar dengan lidahku.. direguk habis semua
lendir yang meleleh. Tentu saja tindakanku ini mengagetkan Mbak Lala,
terasa dari pinggulnya yang tersentak keras seiring dengan jilatanku di
memeknya.
Dunia Malam : TUBUH MULUS MBAK LALA | Bandar66 | Sakong | Slot | SBOBET | Kupandangi memek itu lagi, dan aku melihat ada
seperti daging kemerahan yang mencuat keluar, bergerinjal berwarna merah
seolah-olah hendak keluar dari memeknya. Dan nafas Mbak Lala tiba-tiba
tertahan diiringi pekikan kecil.. dan ssrr… ceerr.. aku merasakan ada
cairan hangat muncrat dari memeknya.
“Mbak.. udah keluar?”, tanyaku.
“Beluumm.., Ndreew.. ayo sayang.. masukin ****** kamu… aku hampir sampaaii..” erangnya.
Rupanya Mbak Lala sampai terkencing-kencing menahan nikmat.
Rupanya Mbak Lala sampai terkencing-kencing menahan nikmat.
Akibat pemandangan itu aku merasa ada yang mendesak ingin keluar dari
penisku, dan segera saja kugocek Mbak Lala sekuat tenaga dan secepat aku
mampu, sampai akhirnya..
“NDREEWW… AKU KELUAARR… OOHH…
SAYANG… MMHH… AAGGHH… UUFF…”, Mbak Lala menjerit dan mengerang tidak
karuan sambil mengejang-ngejang.
Dunia Malam : TUBUH MULUS MBAK LALA | Bandar66 | Sakong | Slot | SBOBET | Bola matanya tampak memutih, dan aku merasa jepitan di penisku begitu kuat. Akhirnya bobol juga pertahananku..
“Mbak.. aku mau muncrat nich..” kataku.
“Keluarin sayang… ayo sayang, keluarin di dalem… aku pengen kehangatan
spermamu sekali lagi…” pintanya sambil menggoyangkan pinggulnya, menepuk
pantatku dan meremas pinggulnya.
Seketika itu juga.. Jrruuoott… jrroott… srroott..
Seketika itu juga.. Jrruuoott… jrroott… srroott..
“Mbaakk.. MBAAKK… OOGGHH… AKU MUNCRAT MBAAKK…” aku berteriak.
“Hmm.. ayo sayang… keluarkan semua… habiskan semua… nikmati, sayang…
ayo… oohh… hangat… hangat sekali spermamu di rahimku.. mmhh…” desah Mbak
Lala manja menggairahkan.
Akupun terkulai diatas tubuh moleknya dengan nafas satu dua. Benar-benar malam jahanam yang melelahkan sekaligus malam surgawi.
Akupun terkulai diatas tubuh moleknya dengan nafas satu dua. Benar-benar malam jahanam yang melelahkan sekaligus malam surgawi.
“Ndrew, makasih ya… kamu bisa melepaskan hasratku..” Mbak Lala tersenyum puas sekali..
“He-eh.. Mbak.. aku juga..” balasku.
“Aku juga makasih boleh menikmati tubuh Mbak. Terus terang, sejak
ngeliat Mbak, aku pengen bersetubuh dengan Mbak. Tapi aku sadar itu tak
mungkin terjadi. Gimana dengan keluarga kita kalau sampai tahu.”
“Waahh.. kurang ajar juga kau ya…” kata Mbak Lala sambil memencet hidungku.
“Aku tidak nyangka kalau adik sepupuku ini pikirannya ngesex melulu. Tapi, sekarang impian kamu jadi kenyataan kan?”
“Iya, Mbak. Makasih banget.. aku boleh menikmati semua bagian tubuh Mbak.” Jawabku.
“Kamu pengalaman pertamaku, Ndrew. Maksud Mbak, ini pertama kali Mbak
bersetubuh dengan laki-laki selain Mas Adit. tidak ada yang aneh kok.
Titit Mas Adit jauh lebih besar dari punya kamu. Mas Adit juga perkasa,
soalnya Mbak berkali-kali keluar kalau lagi join sama masmu itu”
sahutnya.
“Terus, kok keliatan puas banget? Cari variasi ya?” aku bertanya.
“Ini pertama kalinya aku sampai terkencing-kencing menahan nikmatnya
gesekan jari dan tititmu itu. Suer, baru kali ini Mbak sampai pipisin
kamu segala. Kamu nggak jijik?”
“Ooohh.. itu toh..? Kenapa harus jijik? Justru aku makin h
“Ooohh.. itu toh..? Kenapa harus jijik? Justru aku makin h
Tidak ada komentar:
Posting Komentar